Mimpi-mimpi Senja

Aku tahu gunung itu terjal dan kau boleh mengatakan "mustahil kau mampu mendakinya" tapi, ada urat keyakinan yang masih terpasung dalam rintihan doa2 malamku.

Boleh saja kalian berkata "mustahil kau bisa mengarungi padang es tanpa mantel2 tebal" tapi kehangatan masih membakar jiwaku.

Aku akan baik2 saja. Akan selalu mencoba bertahan diatas kedua kaki yang kadang terasa linu. Aku bilang, "tak ada yg perlu dicemaskan. Inilah langit biru. Dan terik matahari itu tak kan mampu mengalahkan malam. Air mata adalah wujud kemanusiawian yg menyadarkan diri bahwa aku masih memiliki kelembutan.

Jika tak ada lagi senja yg bisa kutatap. Tak ada lagi suara merdu burung yg kusukai maka mungkin sampai disitu aku mampu menatap. Bila akhirnya harus ada darah yg berserakan atau aliran air mata yg membanjiri maka tak akan kusesali. Itulah tenaga perjuanganku.

Rindu. . .Cinta. . .mimpi2 senja itu aku, tak tahu apakah aku masih kuat menggenggamnya. Rasanya aku seperti menggenggam angin. Apa sebenarnya? Kosong tapi ternyata ada.

Hari ini aku rindu masa2 itu. Tak mengapa Rindu. . .Tak mengapa Cinta. . .aku disini baik2 saja. Hanya saja saat ini aku terlalu merasa kehilangan. Ah, mungkin saja aku hanya membutuhkan sedikit lelucon dg menonton sidang kasus century.

Aku, Rindu dan Cinta hari ini ada di tempat yang sama. Entah mengapa hanya gejolak rindu yg membara tanpa sua. Aku, Gadis yang masih terjebak dalam rutinitas menjemukan. Tak sempat datang di hamparan permadani hijau tempat kita merenda jutaan mimpi.

Rindu? Dia pun tak melongok kesana. Aku th dia punya bnyk waktu hanya saja dia sangat takut Aku dan Cinta tak ada disana.

Dan Cinta? Cinta tengah pilu dengan deritanya. Mengurus Bunda yang terkapar tak berdaya diatas kasur. Aku paham benar dia tak juga akan menikmati senja.

Pada akhirnya kedekatan kita tak bisa mempertemukan kita. Semua diporak-porandakan oleh hajat masing2. Timbunan rindu kita terpaksa harus kita tekan2 agar tak mengapung dan menguasai perasaan.

Kita saling mengetahui rasa kita masing2 namu kita tak punya cukup daya untuk menurut pada kerinduan. Dan diwaktu yang sama2 kita tahu kita saling meninggalkan senja. Terbang melayang. Entah kapan akan jumpa. Saat kita lelah atau saat kita puas atau saat semua telah kita capai?

Gadis spt ku akan menjalani hari seperti biasanya.
Rindu akan menjalani hidup seperti layaknya.
Cinta akan mengisi waktu dengan kesibukannya.

Dari tahun yang tak mau ku sebut aku, sangat takut memandang senja di tempat kita mengukir mimpi. Walau aku ingin. Kenapa? Karena aku mau kita bisa menatap senja bersama lagi sambil mentertawakan imajinasi2 liar kita.

Aku yakin kita bisa melihat matahari tenggelam ke dalam air sambil memainkan permainan kita diatas pasir pantai putih seperti adegan "beach boys" yang kita sukai. Kita akan melupakan semuanya. Hanya ada kita dan mimpi2 kita yang akan kita bicarakan panjan2 di rumah kayu yang kita khayalkan.

Ju2r saja aku malah jadi takut. Takut jikalau aku tak bisa menggenggam janji2 kita. Hahaha. . .tapi aku mau mewujudkan semua yg pernah kita ukir susah payah.

Kau sudah dijakarta dan akan ke Thailan. Kamu sudah mengambil profesi yang akan membawamu ke Papua. Dan aku? Aku msh disini. Mengumpulkan bnyk kekuatan untuk menuju Benua Impianku. Lalu? Kita akan benar2 berpisah. Tempat kita menikmati senjalah yang akan menarik kita untuk bertemu nanti.

Dan bukan karena Rindu dan Cinta saja aku melakukannya tapi, karena Umair pun menungguku di tempat yang telah aku dan ia janjikan.

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger