Ada apa dengan matahari malam ini? Sirna tanpa sehelai semburatpun. Sedahsyat inikah malam sampai mengalahkan mentari yang lelah merajut waktunya? Oh, aku meneteskan air mata pada keikhlasan murossat. Ia tersenyum saat cinta yang ia miliki pergi mengejar cinta yang tak bisa ia berikan. Tapi, ia tersenyum. Tersenyum sambil melantunkan doa yang belum usai karena pedang memisahkan kepala dan tubuhnya. Tak berdosa tapi mati diperlakukan seperti pendosa. Murossat. . .
Aku sudah lelah melalui malam yang sangat mencekam. Aku ingin mengalahkannya dengan putihnya fajar yang dibuat oleh rotasi bumi. Sedalam inikah aku jatuh? Tak jua kutemukan yang kucari. Gersang dan hanya sepi.
Saat ini aku hanya ingin tidur di padang rumput hijau yang bersih. Membiarkan tubuh dihujani sinar matahari. Hanya ada aku, suara burung, dan langit biru. Tak perlu ada yang lainnya.
Yang aku ingat hanya lari-lari kecil kita dibawah lindungan daun pisang saat hujan lebat. Aku rindu.
Yang aku ingat adalah lagu indah milik kita yang kita dendangkan dikala senja. Aku rindu.
Dan rindu itu akan terbalas saat gerhana ke-77 terjadi. Kita akan melihat matahari masuk ke dalam air. Lalu kita hanya diam tanpa kata sambil merenung masing-masing. Aku masih menjaga untaian cerita kita sahabat. Aku rindu. Sangat rindu.
Rasanya menghabiskan biji bunga matahari saat senja yang penuh dengan semilir angin dan lambaian padi kini terlalu menghantuiku. Apa aku merasa kesepian karena kalian tinggalkan? Rindu . . . Cinta. . . Aku kangen. Kapan kita bisa berlari bersama sepeti foto-foto 7tahun silam yang masih ku simpan. Ada gambar kita; Gadis, Rindu, dan Cinta.
Terkenang. . . Selalu Ku Kenang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

2 komentar:
Cinta mencinta... Rindu merindu... Gadis Rindu dan Cinta.
Gmn?
ya begitulah.....
Posting Komentar