Dibawah temaram cahaya bulan kami bermain petak umpet dan bernyanyi. Tangan kami saling berpegangan dan berputar-putar sedangkan bintang bertaburan indah. Sangat mempesona. . .
Ada jutaan mimpi bahkan lebih dari itu. Ada satu hal yang aku genggam erat dalam hati hingga kini. Ia seolah petuah dari angin yang mendesir dan membelai harapan-harapanku.
Tidak ada Cinta. Tidak ada Rindu. Yang ada hanya mimpi. Mimpi. Dan mimpi. Ya!! Itu yang menyebabkan semua ini terjadi. Menjadikan mawar makin semerbak. Kepompong bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Dan mimpi menjadi harapan.
13 tahun silam. Tahun 1997 pertemuan dengannya terjadi saat air mata mengalir, saat harapan datang. Gerbang mimpi itu terbuka. Dulu hanya mampu menatap pintunya saja tapi tidak untuk kali ini. Telah terbuka. Kaki mulai melangkah. Walau dengan badan gemetar, dengan hati bergetar, dengan nafas tersengal tapi jiwa makin terbakar.
Tidak ada yang istimewa sama sekali darinya. Matanya bulat dan terlihat sangat kampungan. Jauh! Jauh dari tampilan orang terpelajar.
Sore itu saat aku mengaduk-aduk mencari bintang yang paling aku sukai, ia datang. Ya! Dia datang. Tanpa beban ia berkata, "lupa dimana kau simpan bintang-bintangmu itu? Aku membakarnya. Bintang2y aku bakar. Kau tidak perlu itu lagi."
mataku melotot. Marah. . .sangat marah, "apa yang kau lakukan dengan cahaya terang itu?" aku yang saat itu masih kanak-kanak menangis.
"ratusan kali kau menatapnya. Kenapa? Tidak percaya dengan kemampuanmu sendiri?"
aku masih kesal. tetap menangis dan tidak menggubris ucapan-ucapannya.
"kau hafal peta bintang2 itu. Masih tidak percaya diri? Keterlaluan!!"
reda. Reda tangisan itu. Ya! Hafal. Aku sudah hafal. Saat itu aku mulai suka dengan gerhana bulan atau apa saja yang berhubungan dengan angkasa raya. Tergila-gila sampai kunamai 7 kucing peliharaan dengan nama-nama planet, benda langit atau apa saja yang berbau angkasa. Masih ingat benar nama-nama itu, venus, pluto, helly, vega, black hole, bima sakti, dan milky way yang semuanya mati karena makan racun tikus tetangga. Tragis!!
Sadar sudah. Bintang telah aku hafal. Tidak perlu lagi mencarinya. Sudah ada. Sudah ada di sanubari. Kuusap-usap air mata dan tersenyum padanya dan berkata, "trimakasih. Kau menyadarkanku"
"yah, kau perlu disadarkan. Untukmu," ia memberikan dua buku padaku. Dua-duanya novel. Lusuh. Terlihat tidak menarik. Satu novel tentang tragisnya cinta pemuda bali dan sebuah novel istimewa. Sangat istimewa.
Profesor itu memberiku bintang yang lebih terang. Aku baca buku itu saat harapan serasa sempit dan mimpi bagai racun. Ah, kau masih tetap profesor terbaikku.
Tahun 2002 novel pemberian profesor itu hilang. Novel yang paling aku cintai hilang. Dihilangkan oleh kawan. Sangat tidak rela. Warisan yang tak bisa kurawat prof. . .
Tahun 2010. Sudah sepuluh tahun lalu ia hilang di dunia. . .ada di alam yang berbeda. Profesor pertama yang aku kenal. Yang kugemari nasihat dan petuah2y sudah tak bisa lagi kutemui untuk bercakap tentang kehidupan.
Adalah suatu keberuntungan jika bisa mendapatkan buku itu lagi. Sudah dicari di toko2 buku, perpustakaan, sudah minta bantuan teman yg tinggal di kota2 besar. Nihil. Tidak ada prof buku itu. . .
Hari ini aku pergi ke toko buku tapi sudah tidak mengharapkan akan mendapatkan novel itu lagi. Sengaja pergi untuk membaca majalah kwack cuma-cuma.
Ah, keberuntungan itu menghampiri. Ya,warnanya aku kenal benar. Buku itu!! Jidual 10ribuan. Diobral. Tergeletak di sudut kotak besar diantara buku2 lain yang berserakan. Kisah indah yang aku rindu membacaya setelah 7th hilang. Tidak best seller, tidak ditulis oleh pengarang ternama tapi ada cahaya disana. Cuma satu2y. Tak ada lagi. Cepat2 aku beli.
"prof. . .aku mendapatkannya lagi. Kali ini tak akan hilang lagi" ucapku dalam hati "tp prof. . .kenangan denganmu jauh lebih berarti"
jika aku jadi profesor maka karena aku terinspirasi olehmu. Jika aku jadi rendah hati itu karena nasehat2mu yang aku dengar saat kecil dulu. Jika aku kuat itu karena aku belajar dari air mata ketegaranmu.YA MUTA'AALI. . .semoga Engkau meninggikan derajat profesorku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar