Es di puncak jaya wijaya mengepulkan uap dingin. Gunung tertinggi itu seolah meyakinkan pendaki gunung untuk tak macam-macam bertengger di puncaknya.
Setelah perjuangan mempertahankan pulau yang berbelit-belit dengan bangsa kolonialis tempat itu oleh Soekarno disebut dengan IRIAN yang artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland. Seiring waktu berjalan namanya berganti menjadi Papua.
Ada Rindu yang tertinggal di pulau paling timur Indonesia. Jika preport datang dengan tekad menguras gunung emas maka Rinduku datang dengan kesucian dan ketulusan hati.
Aku sama sekali tidak tahu mengapa sampai ia terbang ke Papua sana. Rinduku sampai ke Papua.
Rindu. . .apakah kau tahan ada disana? Hanya ada satu operator telpon seluler. Kau tahu?iklan-iklan seluler jika dicermati tidak menyertakan pulau Papua sebagai bidikan pasar. Pembangunan disana tertinggal. Apa kau tahan?
"aku tahan Gadis. Dan harus tahan. Aku akan berusaha menjadi orang yang bermanfaat. Menolong orang yang terbuang dan sekarat"
"kau sadar HIV/AIDS itu berbahaya. Kau sendiri yang bilang perawat-perawat disana akhirnya banyak yang terinveksi virus jahanam itu" emosiku sudah tak terkendali.
"gadis!! Ini adalah keputusanku. Keputusanku Gadis! Hargailah. . .jika aku harus terinfeksi disana setidaknya aku telah melayani ratusan ODHA disana. Menyemangati mereka yang dilanda putus asa. Walau aku harus menggunakan sarung tangan berlapis-lapis jika mengobati mereka."
Rindu, itulah kau yang teguh dengan keputusan-keputusanmu. Ternyata impian-impian yang kita harapkan kala senja yang kita lewati bersama benar-benar terjadi.
GADIS. . .
RINDU. . .
CINTA. . .
"hahaha. . .dasar kau. Tetap seperti dulu. Rindu yang teguh seperti keteguhan rindu pada pasangan kekasih," aku menggodanya
"banyak yang tidak mendukung keputusanku dis. . .aku berharap kau tidak ikut menghujatku seperti mereka yang tak mengerti aku," suaranya bergetar
"aku mengerti. . .Rindu adalah rasa yang tak bisa hilang sebelum hajatnya terpenuhi"
"ah, gadis kau membuaku menangis" ia berkata sambil mengusap air mata.
"buat mereka mengalami hidup sampai mereka mati."
"tentu Gadis. ODHA itu harus terus mengalami hidup bukan hidup yang tak hidup. kondom sialan itu menipu mereka. Anak belasan tahun sudah divonis HIV"
"selamat berjuang pahlawan. Aku perlu memberimu hormat?" aku meledeknya.
"haha. . .aku bukan jendral"
"kapan berangkat?"
"Setelah satu tahu profesiku usai. Aku tak sabar ingin cepat-cepat kesana"
"wah sepertinya kamu juga berhak mendapat gelar pahlawan"
"hahaha. . .aku tidak mau memperebutkan gelar pahlawan duniawi itu" ia tertawa dan tiba-tiba mendratkan ciuman padaku.
"kau. . .curang!! Jangan lari. Aku balas. Mencium tanpa ijin" aku berkata sambil mengejar ia berlari.
Rindu ini terbayar. Aku nikmati lagi rasa seperti ini. Seperti dulu kala. Rindu kau telah membayar kerinduan ini.
Rindu yang tertinggal di Papua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar