Sinar mentari pagi ini bgitu mnyejukkan. Seperti biasa. Aku berdiri di dekat jendela kamar yg menghadap barat.Aku ingin mnatap senja sore ini.Berencana seperti itu untuk hari ini.
Pagi...
Kali ini aku tak bergegas segera pergi pagi2 krn sabtu kemarin itu aku telah mengucapkan kalimat perpisahan.Sedih memang tp,itulah KEPUTUSAN.Akhirnya aku mampu mendengar lg lagu2 alam yg didendangkan burung2 pencuri nasi kering dg santai.
ku ingat kembali saat aku keluar dari rumah seorang ustad yg d ruang tamunya berjubel tafsir, tumpukan hadist, dan buku2 ttg syiah dan sunni, serta macam2 buku lain'y yg aku dapati dg mengarahkan bola mataku di tiap sisinya. Aku katakan pada ustad ttg sebuah kejujuran hati, Perpisahan.
Sudahlah. . .aku yakin perpisahan ini tdk membuat luka makin melebar. Aku yakin benar. Lalu aku keluar rumah ustad yg fasih benar bacaan qur'an nya. Aku bingung. Harus tersenyum atau menitikan air mata saat itu. Aku berjalan beberapa meter dan tak ku sangka akan bertemu dg pak haris, guru ngajiku. Pahlawan yg amat baik. Beliau menghentikan motornya. Aku tahu beliau sedang sibuk krn bertanya pd ku "tempat foto copi terdekat ada dimana?". Beliau tanya kabarku, studiku, dan kawan2ku. Aku jelaskan kawan2ku sedang mengembara menuntut ilmu keluar dr kota udang. Akhirnya beliau berkata, "hari minggu datang ya? Ada acara seperti biasa!", aku tersenyum dan balik bertanya ttg seseorang. "mas nuah apa kbr pak? Dia msh jg menghafal Al Quran?"
"ya . . ." jwb beliau "datang kalau mau ketemu dg mas nuah"
"insyaallah pak. Duluan ya pak. . . ",aku menyudahi obrolan itu dg ucapan salam krn harus bergegas ke kampus.
Nampaknya minggu ini aku disuguhi untuk bertemu dg pahlawan2 hidupku. Aku menyesal mengapa tak lekas pulang hari itu. Saat guru TK ku datang kerumah. Aku hny mendengar cerita dr ibu, "td bu iya datang. Dari siang. Baru saja pulang saat km datang. Lama nungguin kamu"
"ibu iya?benar bu iya dtng krmh bu?", aku sdkt tdk percaya
"iya. Td bantu ibu masak malah",ibu menjelaskan
aku tdk beruntung waktu itu. Padahal aku rindu sekali padanya. Aku ingin memeluknya dan mengucapkan bnyk trimakasih krn bnyk menguji kesabarannya saat usiaku 4th. Semuanya msh aku ingat bu. . .
Ingatanku sangat bagus untuk hal2 yg istimewa.
Aku sudah tdk berdiri d dekat jendela kamar. Ku du2kan badan. Aku tersenyum getir mengingat kelakuan kanak2ku yg takut menyanyikan lagu menyedihkan, di pondok kecil. Bahkan jk didenkangkan bersamaan oleh seluruh anak satu kelas pun aku tetap merasa ketakutan. Aku selalu berharap bukan lg itu yg harus aku dan teman2 polosku nyanyikan. Namun nampaknya ibu iya terlampau senang dg lgu itu. Aku ikut bernyanyi. Saat itu aku du2k disamping ira. Pertama2 aku berdendang. Lama2 aku menangis sejadi-jadinya. Semua jd diam. Nyanyian terhenti. Semua pandangan tertuju pdku. Aku tdk bs menjelaskan apa yg aku rasakan wkt itu pd siapapun. Mungkin krn kapasitas kosa kata ku sbg anak 4th yg blm bs dg mudah membahasakan isi hati. Sampai sekarang aku hanya bs menghafal 3 baris kalimat awal lagu itu. Dan aku tetap bertahan tdk mau menyakikan atau mendengarkan lg itu. Aku tdk th apa alasannya.
Lalu. . .
Aku pun mengenang kejadian td siang. Menyaksikan pemuda dimaki habis2 oleh monster berkrudung akademisi. Kasian melihat pemuda yg aku kenal pemberani itu. Aku luncurkan kata2 dukungan sdikit pdnya. Ia bilang, "trimakasih",sambil tersenyum. Bagiku dia adalah org yg sangat bisa diandalkan. Datang tepat waktu saat tdk ada yg datang menawarkan diri untuk menolong shg aku dpt mengerjakan tgs2ku yg lain. Aku meluncur ke medan juang yg lain krn aku yakin pemuda td dpt menggantikan tugasku yg langsung ia pahami hny dg sdikit penjelasan. Sampai d tempat yg dituju. Berjumpa dg kawan2 perjuangan d medan lain. Slesai. Aku kabur lg krn hrs memenuhi tanggung jawab berikutnya. Aku tdk boleh telat. Ku selesaikan jg tanggung jwb itu. Akhirnya dpt menarik nafas panjang tp aku harus menempuh perjalanan panjang lg. Kali ini ad yg menemani. Seorang pejuang jg. Ia yg akan menemaniku pulang dua kali dlm satu pekan. Sampai akhirnya aku mengenal ia adalah sosok yg lembut dan tdk pernah ku lihat ia marah. Indahnya. . . .
Tiba2 hp berbunyi saat aku dan dia berada dlm suatu kendaraan yg penuh sesak. Tlp dr ibu. "lg d mana? Hujan. Mati lampu disini. Cpt pulang", ibu bilang
"ya. Sbentar lg sampai", lalu tlp mati.
Sepanjang jalan gelap. Dr kuburan gunung jati jauh sampai ke utara lagi. Aku tertegun melihat ayah telah menantiku. Menjemputku pulang krn jalan masuk gang rumah memang jauh. Aku du2k di belakangnya. Hujan tetap saja lebat. Aku basah kuyup. Ayah tdk basahlah krn pakai jas hujan.
Ah, ayah. . .kau sering memberikan kejutan. Dlm perjalanan aku jd ingat saat kau antar dan menungguiku belajar ngaji pd pak haris. Walau dulu aku msh kecil tp aku th kau lelah. Aku ingin kau istirahat drmh sja. Aku buat diriku cepat bljr ngaji. Langsung jilid3 dlm waktu 1bulan yg membuat kau tersenyum pdku sambil kau kayuh sepeda penuh korosi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar