menikmati senja besamanya

Kali ini aku ingin berjalan. Seorang diri saja. Ada kisah yg ingin ku bagi dg derap2 langkah yg gontai. Sampai aku sendiri tak sadar mata dan hidung merona. Angin ba'da asyhar yg romantis mengiringi...

Aku tak tahu sudah brapa lama berjalan. Jam5. Sudah jam5. Aku ingin cepat2 pulang. Ingin menatap langit jingga di teras rumah sederhanaku yg berhadap2n dg matahari terbenam di hamparan padi nan hijau.

"beca?" mang sidiq menawari

"tidak", jwb ku singkat

aku berharap dirumah meriah dg tawa adik2ku, manjanya ayah, dan senyum bunda tercinta. Aku ingin tergelam dlm kebersamaan drmh yg bocor sana sini kalau hujan datang. Tapi aku senang kalau toh hujan datang. Itu rezeki Allah yg dg nya pucuk2 batang dan biji2n tumbuh.

Beberapa langkah lg akan segera kulihat puisi yg plg indah itu, Keluarga.

Namun. . .
Sepi. Tak ada seorang pun disana. Aku masuk rumah. Merebahkan diri sebentar. Ku putar lagu rindu yg iwan fals dendangkan.

Aku du2k di teras. Sendiri saja. Ingin menikmati potret alam di senja yg mempesona.

"sendiri saja gadis?" sapa seorang bpk sambil du2k jg d teras rumahku

aku menengok sambil menjawab "ya" pd nya.

Asing. Aku tak pernah melihatnya sebelumnya.

"sudahlah gadis. . .bpk th apa yg kau rasakan. Bahagia kau gadis?"

aku diam. Memandang langit jingga yg indah di ufuk barat.

"dia pakai baju apa gadis?"

"putih",aku jwb smbl tetap memandang ke ufuk barat

"suka kau?"

"entahlah. Tdk th pak! Dia tersenyum sedikit padaku kala itu"

"aku kuntowijoyo" ia memperkenalkan diri lalu berkata lagi "maaf gadis bpk tdk bs menuliskan sesuatu untukmu. Waktuku telah habis untuk menggoreskan pena di atas daun lontar", pandangnya menerawang ke langit jingga

"apa masa muda bpk seperti kisah2 drunken?" tanyaku

"ah kau menggoda bpk rupanya gadis. . ." sambil tertawa ia jwb pertanyaanku

"suka kau dg pidi?"

"dia sering membuatku tersenyum tanpa beban pak. . .apa itu bs dibilang suka?"

"bgmn rasanya?"

"indah mungkin. . ."

"kamu ini aneh gadis. Indah tp kok mungkin"

"aku menunggu sesuatu pak. . ."

"apa?",kuntowijoyo bertanya pd ku. Menengok ke arahku smbil mengernyitkan dahi.

"sebentar pak. Aku mau matikan musik dulu. Baru aku jwb", kataku

"jangan. Biarkan saja. Bpk jg sdg rindu dg masa2 muda bpk", beliau mencegahku "jadi apa yg kau tunggu itu gadis?"

"bpk mau th? puisi indah buatan bpk",aku jwb.

"hahaha. . .",beliau tertawa "kau ini gadis! Senang sekali mencandai bpk. Tdk bisa. . ." katanya

"kenapa?"

"karena pena bpk sudah habis gadis"jwb beliau

aku diam. Sedih rasanya di senja ini mendengar jwb'n itu.

"kau mau puisi? Biar bpk carikan org yg pandai membuat puisi untukmu", beliau mengHiburku.

Aku tersenyum. "ah, bpk bisa saja. Kali ini bpk yg mencandaiku" kataku pd beliau

"gadis, sudah sore bpk mau kembali ke peraduan" beliau pamit "assalamu'alaikum"
sambil bangkit dr du2knya.

"wa'alaikum salam. Hati2 pak",aku pun berdiri dan melihat beliau berjalan makin jauh.

Aku kembali msk rmh. Kumatikan musik yg telah usai mengalunkan lagu rindu. Aku ambil sebuah buku. Di balik sampul buku itu dikatakan bahwa kuntowijoyo telah ada di dunia ketiga. "lalu td? Siapa? Benar kuntowijoyo?" aku tertegun. Tersenyum. Indahnya berbincang bersama beliau di penggal senja.

"ada tamu tadi?"ibu bertanya yg aku tak th kapan datangnya

dengan senyum ku jawab pertanyaan ibu.

"Ye, ni anak ditanya kok malah senyum", ibu protes

"susah untuk dijelaskan ibu ku tercinta. . . ", ucapku sambil ku peluk tubuh wanita yg kucintai.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger