Selamat Tinggal Senyuman

Malam ini terasa sangat pekat. Sepertinya lengkap sudah keindahannya sekarang. Mati lampu membuat malam terasa begitu romantis. Dan gadis sama sekali tak ingin menyia-nyiakan keelokannya.

Hingga malam sudah makin larut namun gadis tak jua mampu memejamkan matanya. Tetap terjaga. Akhirnya ia putuskan untuk menulis apa yang dirasakan oleh hati di lembaran putih. Mampat. Tak bisa menulis apa2 gadis pun putus asa. Akhirnya ia menyerah pd keadaan. Memasrahkan dirinya tergeletak diatas kursi meja belajar tua yg ada di sudut kamar. Kamar inilah tempat yang paling gadis sukai walaupun bagi kebanyakan orang kamar gadis sangat membosankan karena hanya dipenuhi dengan buku-buku yang memuakkan.

Entah mengapa rasanya malam itu ia merasa sangat ketakutan. Gadis itu terlihat begitu menyedihkan. Air matanya menetes. Ia harus jua memahami hakikat pengorban. MEMBERIKAN SESUATU YANG IA CINTAI UNTUK ORANG YANG JUGA IA CINTAI. Rasa-rasanya gadis menuntut dirinya harus berkorban.

Lalu ia melihat buku-buku yang terpajang dan menghentikan pandannya pada komik berseri, D.N ANGEL. Gadis berkata pada dirinya sendiri,

"haruskah aku seperti riku yang mengalah untuk saudara kembarnya risha? Membunuh rasa cintanya pada daisuke setelah tahu risha tergila-gila pada dark. Riku tahu benar dark adalah daisuke. Detik itu saat riku tahu risha mencintai dark ia, hentikan semuanya. Membiarkannya beku atau bahkan lenyap"

"aku pun bisa melakukan itu," ujar gadis.

Tak ada yang tak bisa dan tak ada yang berat jika niat sudah tertancap. Karena pengorbanan pun hakikat cinta.

Lalu ia teringat saat berjalan malam-malam untuk membeli jagung bakar dan bertemu dengan kuntowijoyo.

"bagaimana kabar baju putih gadis?", tanya kuntowijoya padanya

"tidak tahu pak. . .dan aku tidak mau tahu lagi," jawab gadis

"kenapa gadis? Apa dia sudah tidak tersenyum lagi padamu?", kuntowijoyo penasaran

"tidak bukan pak tp aku yang tidak mau melihat senyum baju putih lagi"

"kenapa gadis?"

"apa tidak boleh aku BERKORBAN pak?" tanya gadis dengan mata yang sudah berkaca-kaca

"kau sungguh ingin melakukan itu gadis?"

"harusnya aku bisa pak," gadis menjawab dg air mata yang menetes di pipinya

"nak. . ." kuntowijoyo menenangkan "kau tak harus melakukan itu jika kau tak bisa melakukannya"

"bukan masalah mau atau tidak mau pak tapi ini adalah PENGORBANAN!" gadis menimpali

"jika kau mau kau bisa melakukan itu. Bapak percaya padamu gadis," kuntowijoyo mengeluarkan kata-kata dukungan.

"terimakasih pak. Itulah yang sedang aku butuhkan sekarang. Doakan aku pak. . ."

"tentu gadis"

gadis tetap diam terpaku di atas kursi meja belajar. Dia meyakinkan diri bahwa itu bisa ia lakukan. Tapi gadis kebingungan menghentikan air matanya yang juga kunjung berhenti.

Baiklah. . .sampai jumpa baju putih. Tak akan ada lagi senyumanmu untukku. Aku telah melepasmu pergi. Terbanglah kau mencari dara.

Ya. Gadislah lah pemenangnya.
Gadis melupakan senyum baju putih.

Gadis akan pergi jauh ke banda neira menemui kurnia. Memutuskan menetap disana dan membiarkan baju putih dan dara bahagia.

Itulah PENGORBANAN. Dan senja yang elok di banda neira telah menebus air matanya. Ia dapat tersenyum menikmati senja disana dengan kurnia. Melupakan bahkan menghapus senyum baju putih dalam hidupnya.

Sambil menikmati senja dengan panorama tenggelamnya matahari banda neira gadis berkata, "selamat tingga pangeran baju putih. Senja telah menggantikan senyummu. Aku sudah cukup bahagia dengan senjaku. Semoga dara dan baju putih dapat mengukir kebahagiaannya sendiri"

dan akhirnya gadis merasa telah tenang dan dapat menguasai dirinya lagi. Ia pun dapat merangkai mimpinya lagi dan akan siap menyambut sinar mentari esok hari. . .

1 komentar:

Anonim at: 6 Januari 2010 pukul 23.04 mengatakan...

Pengorbanan ya...?

Sudah puas dengan perngorbananmu itu...?

Posting Komentar

Powered By Blogger